Di Sumatera Utara terdapat danau yang sangat besar dan ditengah-tengah
danau tersebut terdapat sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba
sedangkan pulau ditengahnya dinamakan Pulau Samosir. Konon danau
tersebut berasal dari kutukan dewa.



Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik
jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari
langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram.
Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan
mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan
keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak
orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan
keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara
makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke
telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung,
bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri
Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera.
Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi
seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak
nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang
tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan
bertiga dapat dimakannya sendiri.

Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh
Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan
dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera
tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil
menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera
sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping
anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,”
umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan
istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan
kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras.
Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat
tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk
sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.
Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar